Pendidikan Informal
YMP3 terlibat langsung dalam upaya menguatkan keaksaraan dasar di Papua melalui kerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Pengajaran, Bagian Non-formal. Menurut data pemerintah Indonesia, Provinsi Papua mempunyai angka buta aksara tertinggi di Indonesia untuk kelompok usia 15-59 tahun. Diperkirakan lebih dari 36% penduduk Papua tidak bisa membaca dan menulis.
YMP3 mengadakan pertemuan bulanan dan kegiatan Jaringan Peduli Bina Aksara Papua.
- Sejak didirikan pada tahun 2008, jaringan ini mengajak orang yang mau kerja sama untuk membina keaksaraan di Papua, baik dari sektor pemerintah maupun sektor swasta.
- Pada awalnya, orang yang menghadiri pertemuan jaringan adalah tutor untuk orang dewasa dan anak yang tidak pernah ada kesempatan belajar membaca, yang putus sekolah, atau anak yang sedang bersekolah tetapi tidak berhasil karena mereka tidak bisa membaca. Guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) mendengar berita tentang jaringan ini dan juga mulai menghadiri pertemuannya. Ketika berita tentang Jaringan Peduli Bina Aksara Papua meluas, guru taman kanak-kanak, guru sekolah dasar, guru sekolah Minggu, dan pengurus taman bacaan masyarakat mulai kadang-kadang ikut kegiatan tersebut. Ada yang pernah katakan, “Saya yang tadinya frustasi, putus asa, dan hampir menyerah dalam menghadapi warga belajar. Saya disegarkan kembali setelah terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Jaringan Peduli Bina Aksara Papua.” Ada juga orang lain yang menyatakan, “Terima kasih, Jaringan Peduli Bina Aksara Papua! Dimana lagi saya bisa dapat pelatihan yang berkwalitas seperti ini, yang menolong saya menjadi tutor yang lebih terampil!”
- Dalam pertemuan rutin Jaringan Peduli Bina Aksara Papua (JPBA Papua), peserta dapat membagikan berita tentang kegiatan keaksaraan dimana mereka terlibat, dan mereka saling belajar dari pengalamannya. Lalu mereka belajar metode mengajar dan pendekatan yang baru, disampaikan oleh staf dan konsultan keaksaraan YMP3, tamu dari Departemen Pendidikan dan Pengajaran, dan juga ada tutor dan guru dari organisasi yang lain yang membuat presentasi. Topik presentasinya sesuai dengan kebutuhan yang disampaikan oleh teman-teman dari JPBA Papua dan sering termasuk latihan langsung.
- YMP3 juga mengadakan pelatihan-pelatihan untuk peserta JPBA Papua untuk mengembangkan ketrampilan mengajar mereka. Ada bermacam topik termasuk gaya belajar, kecerdasan jamak, mengajar secara kreatif, bagaimana memakai permainan untuk mengajar, bagaimana menulis cerita, dengan berbagai cara yang praktis dan muda untuk membantu orang yang mempunyai kesulitan dalam belajar.
- Jaringan Peduli Bina Aksara Papua turut merayakan dan juga mengadakan peringatan Hari Aksara Internasional. Perayaan ini dihadiri dan melibatkan 200-400 orang, yang didalamnya termasuk kelompok belajar seperti dari PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), PAUD dan juga kelompok baca tulis (Keaksaraan Fungsional), serta tutor-tutor mereka, guru, penjabat-penjabat pemerintahan, dan juga para pemerhati yang ikut peduli pada masalah buta aksara di Tanah Papua.
YMP3 menawarkan konsultasi literasi dan berperan sebagai penasehat dengan beberapa organisasi yang bekerja dalam kelompok bahasa lokal.
Kira-kira ada 270 bahasa yang dipakai di Tanah Papua. Kelompok masyarakat ini menghargai keberadaan mereka di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dan juga ingin menggunakan Bahasa daerah mereka untuk melindungi identitas budaya mereka sendiri dan ini juga yang diharapkan dan didorong oleh pemerintah untuk menjaga dan melestarikan kekayaan budaya bangsa yang ada dalam NKRI. Di sinilah literasi berperan untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk membaca dan menulis bahasa mereka. Ada beberapa dari kelompok suku yang sekarang ini hanya menggunakan bahasa daerah mereka. Dengan belajar membaca di dalam bahasa mereka yang mereka pakai setiap hari, mereka memperoleh dasar yang kuat untuk menjadi mampu membaca dan menulis di dalam bahasa Indonesia.
YMP3 mengembangkan bahan-bahan keaksaraan yang dapat membantu mereka yang mengajar di dalam bahasa Indonesia dan juga di dalam program keaksaraan bahasa daerah.
Ini termasuk bahan-bahan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan tutor dan guru-guru keaksaraan, dan juga alat peraga yang dapat menolong para tutor dan guru supaya dapat mengajar dengan lebih kreatif dan efektif. Buku-buku bacaan untuk para pembaca pemula juga dikembangkan dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Para tutor keaksaraan dan guru PAUD dilatih bagaimana mereka dapat menciptakan bahan bantuan ajar sendiri dengan memakai bahan lokal yang ada di sekitar tempat mereka, dan bagaimana menulis cerita-cerita untuk pembelajar dan menulis cerita bersama pembelajar, untuk meningkatkan proses pembelajaran.